Pendaki Asal Brasil Ditemukan di Kedalaman 500 Meter Tebing Cemara Nunggal Rinjani

Tim SAR Gabungan saat melakukan evakuasi korban di tebing Cemara Nunggal Gunung Rinjani (istimewa)

Mataram, Indonesia Terbit - Seorang pendaki asal Brasil "Juliana" yang jatuh di tebing Cemara Nunggal Gunung Rinjani akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa oleh tim gabungan.

Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi mengatakan, korban ditemukan pada hari Senin (23/6) pukul 07.05 Wita, kurang lebih 500 meter dari titik awal jatuhnya.

"Tim SAR gabungan berhasil menemukan survivor dengan visualisasi drone thermal," ujar Hariyadi melalui keterangan tertulisnya.

Berdasarkan pantauan dari drone, korban dalam kondisi tidak bergerak. Saat ini, tim SAR gabungan masih berupaya keras melakukan evakuasi terhadap Juliana yang jatuh ke kedalaman ratusan meter tersebut.

Pendaki usia 27 tahun asal Brasil itu, terjatuh di tebing sekitar Cemara Nunggal saat menuju puncak Rinjani. 

Evakuasi Berlangsung Dramatis

Pada Senin pagi sekitar pukul 06.30 Wita, korban berhasil terpantau menggunakan drone dalam posisi tersangkut di tebing batu sedalam ±500 meter, namun tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan.

Dua personel rescue sempat diturunkan untuk mengecek lokasi dan mencari titik pemasangan anchor kedua, namun medan berupa dua over bang besar menyulitkan akses.

Kondisi cuaca yang tidak bersahabat, termasuk kabut tebal dan angin kencang, membuat tim rescue harus ditarik kembali demi keselamatan.

Di hari yang sama, Kapolsek Sembalun dan Kepala Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), menerima perwakilan keluarga korban yang datang langsung menanyakan perkembangan evakuasi. 

Pada pukul 14.30 Wita, evaluasi situasi dilakukan lewat rapat Zoom bersama Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal.

Hingga Senin sore, korban masih belum berhasil dievakuasi. Namun tim gabungan tetap siaga dan merencanakan upaya lanjutan keesokan harinya (hari ini), dengan harapan cuaca mendukung.

"Pesan saya, bagaimanapun caranya, korban harus segera diselamatkan. Karena waktu seseorang untuk bisa bertahan hidup dalam kondisi darurat hanya sekitar 72 jam, apalagi tanpa bekal. Jadi harus segera dievakuasi," tegas Gubernur Iqbal.

Ia mengungkapkan, medan dan cuaca menjadi kendala utama bagi tim penyelamat di lapangan. Korban diduga jatuh ke jurang dengan kedalaman sekitar 400 hingga 500 meter, sehingga evakuasi menjadi sangat berisiko.

Untuk mempercepat proses penyelamatan, Gubernur Iqbal menyatakan akan menjalin komunikasi dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), yang memiliki helikopter khusus untuk operasi di medan ekstrem.

"Lakukan kemampuan terbaik kita, termasuk kemungkinan rescue melalui airlifting menggunakan helikopter dengan pilot spesifikasi airlifter supaya tidak kehilangan golden time penyelamatan," ujarnya.

Gubernur juga menekankan pentingnya menjaga keselamatan tim penyelamat yang masih berada di sekitar lokasi kejadian. Di sisi lain, ia melihat bahwa kejadian ini akan menjaga reputasi NTB dalam menjamin perlindungan kepada wisatawan.

"Ini selain kepentingan menyelamatkan korban juga soal reputasi kita sebagai tuan rumah bahwa kita mampu memberikan perlindungan terbaik kepada tamu-tamu asing yang mengunjungi NTB," katanya.


Kontributor : Bastian Rizky Wijaya

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar anda

Lebih baru Lebih lama